Cara Membuat PTK
Oleh: Siti Ropiah, S.Pd., M.Pd.
SD Dawungsari II
A.
PENGERTIAN
Belakangan ini
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) semakin menjadi trend untuk dilakukan oleh para
profesional sebagai upaya pemecahan masalah dan peningkatan mutu di berbagai
bidang. Awal mulanya, PTK, ditujukan untuk mencari solusi terhadap masalah
sosial (pengangguran, kenakalan remaja, dan lain-lain) yang berkembang di
masyarakat pada saat itu. PTK dilakukan dengan diawali oleh suatu kajian
terhadap masalah tersebut secara sistematis. Hal kajian ini kemudian dijadikan
dasar untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam proses pelaksanaan rencana yang
telah disusun, kemudian dilakukan suatu observasi dan evaluasi yang dipakai
sebagai masukan untuk melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada tahap
pelaksanaan. Hasil dari proses refeksi ini kemudian melandasi upaya perbaikan
dan peryempurnaan rencana tindakan berikutnya. Tahapan-tahapan di atas
dilakukan berulang-ulang dan berkesinambungan sampai suatu kualitas
keberhasilan tertentu dapat tercapai. Dalam bidang pendidikan, khususnya kegiatan
pembelajaran, PTK berkembang sebagai suatu penelitian terapan. PTK sangat
bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran di
kelas. Dengan melaksanakan tahap-tahap PTK, guru dapat menemukan solusi dari
masalah yang timbul di kelasnya sendiri, bukan kelas orang lain, dengan
menerapkan berbagai ragam teori dan teknik
pembelajaran yang relevan secara kreatif. Selain itu sebagai penelitian
terapan, disamping guru melaksanakan tugas utamanya mengajar di kelas, tidak
perlu harus meninggalkan siswanya. Jadi PTK merupakan suatu penelitian yang
mengangkat masalah-masalah aktual yang dihadapi oleh guru di lapangan. Dengan
melaksanakan PTK, guru mempunyai peran ganda : praktisi dan peneliti. Classroom
action research (CAR) adalah action research yang dilaksanakan oleh guru di
dalam kelas. Action research pada hakikatnya merupakan rangkaian
“riset-tindakan-riset-tindakan- …”, yang dilakukan secara siklik, dalam rangka
memecahkan masalah, sampai masalah itu terpecahkan. Ada beberapa jenis action
research, dua di antaranya adalah individual action research dan collaborative
action research (CAR). Jadi CAR bisa berarti dua hal, yaitu classroom action
research dan collaborative action research; dua-duanya merujuk pada hal yang
sama.
B.
MODEL - MODEL ACTION RESEARCH
Model Kurt Lewin menjadi
acuan pokok atau dasar dari berbagai model action research, terutama classroom
action research. Dialah orang pertama yang memperkenalkan action research.
Konsep pokok action research menurut Kurt Lewin terdiri dari empat komponen,
yaitu : (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3) pengamatan
(observing), dan (4) refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen itu
dipandang sebagai satu siklus. Model Kemmis & Taggart merupakan
pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan Kurt lewin seperti yang
diuraikan di atas, hanya saja komponen acting dan observing dijadikan satu
kesatuan karena keduanya merupakan tindakan yang tidak terpisahkan, terjadi
dalam waktu yang sama.
E. MASALAH CAR
Berikut ini merupakan
hal-hal yang perlu dipertimbangkan pada saat menentukan masalah CAR. 1.
Banyaknya Masalah yang Dihadapi Guru Setiap hari guru mengahadapi banyak
masalah, seakan-akan masalah itu tidak ada putus-putusnya. Oleh karena itu guru
yang tidak dapat menemukan masalah untuk CAR sungguh ironis. Merenunglah barang
sejenak, atau ngobrollah dengan teman sejawat, Anda akan segera menemukan
kembali seribu satu masalah yang telah merepotkan Anda selama ini. 2. Tiga
Kelompok Masalah Pembelajaran Masalah pembelajaran dapat digolongkan dalam tiga
kategori, yaitu (a) pengorganisasian materi pelajaran, (b) penyampaian materi
pelajaran, dan (c) pengelolaan kelas. Jika Anda berfikir bahwa pembahasan suatu
topik dari segi sejarah dan geografi secara bersama-sama akan lebih bermakna
bagi siswa daripada pembahasan secara sendiri-sendiri, Anda sedang berhadapan
dengan masalah pengorganisasian materi. Jika Anda suka dengan masalah metode
dan media, sebenarnya Anda sedang berhadapan dengan masalah penyampaian materi.
Apabila Anda menginginkan kerja kelompok antar siswa berjalan dengan lebih
efektif, Anda berhadapan dengan masalah pengelolaan kelas. Jangan terikat pada
satu kategori saja; kategori lain mungkin mempunyai masalah yang lebih penting.
3. Masalah yang Berada di Bawah Kendali Guru Jika Anda yakin bahwa ketiadaan
buku yang menyebabkan siswa sukar membaca kembali materi pelajaran dan
mengerjakan PR di rumah, Anda tidak perlu melakukan CAR untuk meningkatkan
kebiasaan belajar siswa di rumah. Dengan dibelikan buku masalah itu akan
terpecahkan, dan itu di luar kemampuan Anda. Dengan perkataan lain yakinkan
bahwa masalah yang akan Anda pecahkan cukup layak (feasible), berada di dalam
wilayah pembelajaran, yang Anda kuasai. Contoh lain masalah yang berada di luar
kemampuan Anda adalah: Kebisingan kelas karena sekolah berada di dekat jalan
raya. 4. Masalah yang Terlalu Besar Nilai UAN yang tetap rendah dari tahun ke
tahun merupakan masalah yang terlalu besar untuk dipercahkan melalui
CAR, apalagi untuk CAR individual yang cakupannya hanya kelas. Faktor yang
mempengaruhi Nilai UAN sangat kompleks mencakup seluruh sistem pendidikan.
Pilihlah masalah yang sekiranya mampu untuk Anda pecahkan. 5. Masalah yang
Terlalu Kecil.Masalah yang terlalu kecil baik dari segi pengaruhnya terhadap
pembelajaran secara keseluruhan maupun jumlah siswa yang terlibat sebaiknya
dipertimbangkan kembali, terutama jika penelitian itu dibiayai oleh pihak lain.
Sangat lambatnya dua orang siswa dalam mengikuti pelajaran Anda misalnya,
termasuk masalah kecil karena hanya menyangkut
dua orang siswa; sementara masih banyak masalah lain yang menyangkut
kepentingan sebagian besar siswa. 6. Masalah yang Cukup Besar dan Strategis
Kesulitan siswa memahami bacaan secara cepat merupakan contoh dari masalah yang
cukup besar dan strategis karena diperlukan bagi sebagian besar mata pelajaran.
Semua siswa memerlukan keterampilan itu, dan dampaknya terhadap proses belajar
siswa cukup besar. Sukarnya siswa berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran, dan
ketidaktahuan siswa tentang meta belajar (belajar bagaimana belajar) merupakan
contoh lain dari masalah yang cukup besar dan strategis. Dengan demikian
pemecahan masalah akan memberi manfaat yang besar dan jelas. 7. Masalah yang
Anda Senangi Akhirnya Anda harus merasa memiliki dan senang terhadap masalah
yang Anda teliti. Hal itu diindikasikan dengan rasa penasaran Anda terhadap
masalah itu dan keinginan Anda untuk segera tahu hasil-hasil setiap perlakukan
yang diberikan. 8. Masalah yang Riil dan Problematik Jangan mencari-cari
masalah hanya karena Anda ingin mempunyai masalah yang berbeda dengan orang
lain. Pilihlah masalah yang riil, ada dalam pekerjaan Anda sehari-hari dan
memang problematik (memerlukan pemecahan, dan jika ditunda dampak negatifnya
cukup besar). 9. Perlunya Kolaborasi Tidak ada yang lebih menakutkan daripada
kesendirian. Dalam collaborative action reseach Anda perlu bertukar fikiran
dengan guru mitra dari mata pelajaran sejenis atau guru lain yang lebih senior
dalam menentukan masalah.
C.
IDENTIFIKASI, PEMILIHAN,
DESKRIPSI, DAN RUMUSAN MASALAH
1. Identifikasi Masalah Dalam
mengidentifikasikan masalah, Anda sebaiknya menuliskan semua masalah yang Anda
rasakan selama ini.
2. Pemilihan Masalah
Anda tidak mungkin
memecahkan semua masalah yang teridentifikasikan itu secara sekaligus, dalam
suatu action research yang berskala kelas. Masalah-masalah itu berbeda satu
sama lain dalam hal kepentingan atau nilai strategisnya. Masalah yang satu
boleh jadi merupakan penyebab dari masalah yang lain sehingga pemecahan
terhadap yang satu akan berdampak pada yang lain; dua-duanya akan terpecahkan
sekaligus. Untuk dapat memilih masalah secara tepat Anda perlu menyusun
masalah-masalah itu berdasarkan kriteria tersebut: tingkat kepentingan, nilai
strategis, dan nilai prerekuisit. Akhirnya Anda pilih salah satu dari
masalah-masalah tersebut, misalnya “Siswa tidak dapat melihat hubungan antara
mata pelajaran yang satu dengan yang lain.”
3. Deskripsi Masalah
Setelah Anda memilih salah
satu masalah, deskripsikan masalah itu serinci mungkin untuk memberi gambaran
tentang pentingnya masalah itu untuk dipecahkan ditinjau dari pengaruhnya
terhadap pembelajaran secara umum maupun jumlah siswa yang terlibat. Contoh:
“Jika diberi pelajaran dengan pendekatan terpadu antara geografi, ekonomi, dan
sejarah siswa merasa sukar mentransfer keterampilan dari satu pelajaran ke
pelajaran lain. Pelajaran yang saya berikan adalah geografi, tetapi saya sering
mengaitkan pembahasan dengan mata pelajaran lain seperti ekonomi dan sejarah.
Ketika saya minta siswa mengemukakan hipotesis tentang pengaruh Danau Toba
terhadap perkembangan ekonomi daerah, siswa terasa sangat bingung; padahal
mereka telah dapat mengemukakan hipotesis dengan baik dalam mata pelajaran
geografi. Saya khawatir siswa hanya menghafal pada saat dilatih mengemukakan
hipotesis. Padahal dalam kehidupan sehari-hari keterampilan berhipotesis harus
dapat diterapkan di mana saja dan dalam bidang studi apa saja. Pada hakikatnya
setiap hari kita mengemukakan hipotesis. Ketidakbisaan siswa itu terjadi
sepanjang tahun, tidak hanya pada permulaan tahun ajaran. Kelihatannya semua
siswa mengalami hal yang sama, termasuk siswa yang cerdas. Guru lain ternyata
juga mengalami hal yang sama, siswanya sukar mentransfer suatu keterampilan ke
mata pdlajaran lain.”
4. Rumusan Masalah
Setelah Alda memilih satu lasalah secara seksama, selanjutnya Anda
perlu merumuskan marahah itq secara komprehensif dan jelas. Sagor (1992)
merinci rumusan maqalah action research menggunakan lima pertanyaan:
1. Siapa yang terkena
dampak negatifnya=?
2. Siapa atau apa
yang diperkirakan sebagai penyebab masalah itu?
3. Masalah apa
sebenarnya itu?
4. Siapa yang menjadi
tujuan perbaikan?
5. Apa yang akan dilakukan untuk mengatasi hal itu? (tidak
wajib, merupakan hipotesis tindakan).
Contoh rumusan masalah:
·
Siswa di SD Dawungsari II tidak dapat melihat hubungan antar` mata
pelajaran yang satu dengan yang lain di sekolah (Ini menjawab pertanyaan 1 dan
3)
·
Grup action research perbaya bahwa hal ini merupakan hasil dari
jadwal mata pelajaran dan cara guru mengajarkan materi tersebut (Ini menjawab
pertanyaan 2)
·
Jika menginginkan para siswa melihat relevansi kurikulum sekolah,
mengapresiasi hubungan antara disiplin-disiplin akademis, dan dapat menerapkan
keterampilan yang diperoleh dalam satu mata pelajaran untuk pemecahan masalah
dalam mata pelajaran lain (Ini menjawab pertanyaan 4)
·
Oleh karena itu kita merencanakan integrasi pembelajaran IPA,
matematika, bahasa, dan IPS dalam satuan pelajaran multidisiplin ilmu berjudul
Masyakat dan Teknologi (Ini manjawab pertanyaan 5)
Contoh pertanyaan
penelitian
1. Kaitan apa yang dialami siswa dalam mentransfer keterampilan
dari satu mata pelajaran satu ke mata pelajaran lain?
2. Apakah siswa dapat mentransfer keterampilan labih mudah
antara dua mata pelajaran yang disukai?
3. Apa yang menyebabkan Hizatul menyukai satu mata pelajaran?
4. Apakah ada perbedaan antara prestasi
belajar sista yang belajar dalam kelas mata pelajaran multidisiplin
dibandingkan dengan mereka yang dalam kelas mata pelajaran tunggal?
1 2
D. KAJIAN
TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
1. Kajian
Taori
Dalam membuat rumusan masalah di atas sebenarnya Anda
telah melakukan “analisis penyebab masalah” sekaligus membqat “hipotesis
tindakan” yang akan diberakan untuk memecahkan masalah tersebut. Untuk
melakukan analisis secara tajam dan menjustifikasi perlakuan yang akan
diberikan, Anda perlu merujuk pada teori-teori yang sudah ada. Tujuannya
sekedar meyakinkan bahwa apa yang Anda lakukan dapat dipertanggungjawabkan
secara profesional. Dalam hal ini proses kolaborasi memegang peranan yang
sangat penting. Anda juga perlu membaca hasil penelitian terakhir, termasuk
CAR, siapa tahu apa yang akan Anda lakukan sudah pernah dilakukan oleh orang
lain; Anda dapat mengambil manfaat dari pengalaman orang itu. Manfaat lain yang
lebih penting, Anda akan mengetahui trend-trend baru yang sedang diperhatikan
atau diteliti oleh para guru di seluruh dunia. Sekarang ini sedang nge-trend
pembelajaran yang bernuansa quantum teaching, quantum learning, contextual
learning, integrated curriculum, dan competency based curriculum yang semua
berorientasi pada kepentingan siswa. Jika penelitian Anda masih berkutat pada
pemberian drill dan PR agar nilai UAN mereka meningkat, tanpa memperdulikan
rasa ketersiksaan siswa, profesionalisme Anda akan dipertanyakan.
2. Hipotesis
Tindakan
Lakukanlah analisis penyebab masalah secara seksama
agar tindakan yang Anda rencanakan berjalan dengan efektif. Hipotesis tindakan
dapat Anda tuliskan secara eksplisit, tetapi dapat juga tidak karena pada
dasarnya Anda belum tahu tindakan mana yang akan berdampak paling efektif.
E. METODOLOGI
1. Setting Penelitian Setting penelitian
perlu Anda uraikan secara rinci karena penting artinya bagi guru lain yang
ingin meniru keberhasilan Anda. Mereka tentu akan mempertimbangkan masak-masak
apakah ada kemiripan antara setting sekolahnya dengan setting penelitian Anda.
2. Perbedaan Mengajar Biasa dengan CAR
Dalam melakukan CAR kegiatan mengajar standar (biasa)
berlangsung secara alami; tetapi ada bagian-bagian tertentu yang diberi
perlakuan secara khusus dan diamati dampaknya secara seksama. Langkah-langkah
seperti pembuatan satuan pelajaran, rencana pelajaran, lembaran kerja, dan alat
bantu pembelajaran lainnya adalah langkah pembelajaran standar, bukan CAR.
Asumsinya CAR dilaksanakan oleh guru yang sudah melaksanakan pembelajaran
standar secara lengkap tetapi belum berhasil. Ia akan memodifikasi bagian- bagian
tertentu dari pembelajaran standar itu. Bagian yang dimodifikasi itulah fokus
dari CAR Anda.
3. Tahap
Perencanaan Tahap perencanaan CAR sebaiknya hanya menguraikan hal-hal yang
berkaitan dengan CAR. Jika ada perubahan pada satuan pelajaran misalnya, hanya
bagian yang diubah saja yang perlu diuraikan secara rinci. Akan lebih baik jika
perubahan itu diletakkan dalam konteks satuan pelajaran aslinya sehingga
terlihat jelas besar perubahan yang dilakukan. Perangkat-perangkat pembelajaran
juga hanya tambahannya yang diuraikan secara rinci. Jika pembelajaran standar
telah dilaksanakan dengan baik perangkat pembelajaran yang diperlukan untuk CAR
dengan sendirinya sebagian besar sudah tersedia. Yang sering terjadi dalam CAR
selama ini pembelajaran standar belum dilaksanakan sehingga CAR menjadi wahana
untuk mewujudkan pembelajaran standar. Hal itu terlihat dari latar belakang
yang diuraikan secara emosional oleh peneliti, umumnya menggambarkan pembelajaran
yang sangat tradisional, buruk, dan di bawah standar. Setelah sekolah mendapat
bantuan dana peningkatan kualitas pembelajaran pun uraian latar belakang itu
tidak menunjukkan adanya perubahan yang berarti. Secara tidak langsung
ditunjukkan bahwa perlakuan-perlakuan yang diberikan oleh pemberi dana selama
ini berlalu tanpa bekas. Tahap perencanaan bisa memerlukan waktu setengah bulan
karena harus mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, termasuk di dalamnya
adalah penyusunan jadwal, pembuatan instrumen, dan pemilihan kolaborator.
4. Siklus-siklus
Dalam CAR siklus merupakan ciri khas yang membedakannya dari penelitian jenis
lain; oleh karena itu siklus harus dilaksanakan secara benar. Siklus pada
hakikatnya adalah rangkaian “riset-aksi-riset-aksi- …” yang tidak ada dalam
penelitian biasa. Dalam penelitian biasa hanya terdapat satu riset dan satu
aksi kemudian disimpulkan. Dalam CAR hasil yang belum baik masih ada kesempatan
untuk diperbaiki lagi sampai berhasil. Siklus terdiri dari (1) perencanaan; (2)
pelaksanaan; (3) pengamatan; dan (4) refleksi; dan (5) perencanaan kembali.
Yang diuraikan dalam siklus hanya bagian yang dimodifikasi melalui action
reseach, bukan seluruh proses pembelajaran. Modifikasi atau perubahan secara
total jarang dilakukan dalam action research yang berskala kelas karena
bagaimanapun sistem pendidikan secara umum masih belum berubah.
Misalnya Anda akan
memodifikasi pembelajaran dengan memperbanyak penggunaan carta. Dalam
“perencanaan” yang Anda uraikan adalah tentang carta itu saja, misalnya “Tiap
pertemuan diusahakan akan ada carta yang digunakan dalam kelas.” Dalam
“pelaksanaan” Anda uraikan kenyataan yang terjadi, apakah benar tiap pertemuan
bisa digunakan carta, misalnya “Penggunaan carta tiap pertemuan hanya dapat dilakukan
selama dua minggu pertama; minggu berikutnya rata-rata hanya satu carta tiap
empat pertemuan.” Anda tentu saja dapat mengelaborasi “pelaksanaan” itu dengan
menyebutkan carta-carta apa saja yang digunakan, saat-saat mana yang paling
tepat untuk penggunaan, siapa yang menggunakan, berapa lama digunakan, berapa
ukurannya, di mana disimpan, dsb., dsb. “Pengamatan” didominasi oleh data-data
hasil pengukuran terhadap respons siswa, menggunakan berbagai instrumen yang
telah disiapkan. “Refleksi” berisi penjelasan Anda tentang mengapa terjadi
keberhasilan maupun kegagalan, diakhiri dengan perencanaan kembali untuk
perlakuan pada siklus berikutnya. Dalam action reseach selama ini banyak siklus
yang bersifat semu, tidak sesuai dengan kaidah yang sudah baku. Inilah
kelemahan-kelemahan yang terjadi.
1. Dalam siklus diuraikan semua proses pembelajaran, sehingga
tidak dapat dilihat bagian yang sebenarnya sedang diteliti. Seolah-olah seluruh
proses pembelajaran diubah secara total melalui CAR, dan sebelumnya
pembelajaran berlangsung secara tradisional, buruk, dan di bawah standar.
2. Tidak jelas apakah perlakuan dalam suatu siklus dilakukan
secara tarus-menerus selama periode terpentu, sampai data pengamatan bersifat
jenuh (menunjukkan pola yang menedap) dan dipernleh d`ri berbag`i sumber
(triangulasi). Sebagai analogi, jika selama catu minggu suhu badan pasien
melufjukkan suhu 37,50 C; 370 C; 350 C; 37,50 C; 37,50 C9 37,50 B; dapatl`h
disimpulkan bahva condisinya telah kembali nmrmal, Itu digabungkan dengan data
pengamatan lain selama seminggu juga seperti perilaku, nafsu makan, dal denyut
nadi pasien, yang bersifat trianeulatif.
3. Siklus dilakukan tidak berdasarkan
refleksi dari siklus sebelumnya. Ada siklus yang dilakukan secara tendensius:
siklus pertama dengaj metode ceramah, siklus kedta dengaj demonstrasi, dan
siklus ketiga denean eksPerimen, hanya ilgin menunjukkan bahwa metode
eks`erimen adalah yanf terbaik. Peneliti ifh lupa bahwa metode harus
disesuaikal ddngan karakteristik materi pelajaran. Ultuk materi pertama boleh
jadi justru metode ceramah yang lebih cocok.
5. Instrumel
Instrumel Instrumen merupakan bafian yang tidak kalah pentingnya
dalam pelaksanaaj CAR. Jenis instrumen harus resuai dengan karakteristik
variabel yang diamati.
Beberapa cara dan metode membuat penelitian tindakan kelas
bisa berbeda-beda tergantung masalah yang sedang diteliti, meskipun begitu
didalam membuat laporan PTK tentu masih memiliki etika dan cara-cara dalam
pelaporan hasil penelitian tersebut.
Pada garis besarnya proses cara pembuatan laporan PTK sebagai berikut:
1.
Bab I Pendahuluan
Berisi pendahuluan memuat
berbagai latar belakang masalah yang diteliti. Bab ini berisi konkrit masalah
kemudian tujuan ptk serta manfaat dengan adanya ptk itu nanti
2.
Bab II Kerangka Teoritis
Bab yang berisikan masalah serta dalam bentuk kerangka
secara teoritis.Teoritis
3.
Bab III Metode Pembuatan PTK
Berisi metode-metode yang dipakai dalam membuat
sebuah ptk.
4.
Bab IV Pembahasan
Berisi pembahasan PTK
5.
Bab V Penutup.
Berisi simpulan dan saran
Pada umumnya detail dalam pembuatan laporan PTK berisikan sebagai berikut;
1.
Halaman judul, pengesahan, pernyataan, kata pengantar, abstrak, daftar isi,
tabel-tabel, dll disesuiakan dengan kebutuhan anda.
2.
BAB PENDAHULUAN, yang meliputi; latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan
manfaat PTK.
3.
BAB KAJIAN PUSTAKA, misalnya; media pembelajaran, alat pembelajaran,
model tes, teori-teori, dll
4.
BAB PELAKSANAAN PERBAIKAN, misalnya; lokasi dan subjek penelitian
(seperti tempat penelitian, waktu penelitian, dan subjek penelitian.),
rancangan penelitian, alat pengumpul data, teknik analisis data, dll
5.
BAB HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN, misalnya hasil penelitian siklus 1,
hasil penelitian siklus 2, dst. dilanjutkan dengan pembahasan.
6.
BAB PENUTUP, yang berisikan kesimpula, saran-saran, dll
7.
Daftar pustaka
8.
Lampiran-lampiran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar